Minggu, 18 November 2007

Rancah

Menurut cerita dari para orang tua, Rancah dahulu berbeda dengan Rancah sekarang. Sesuai dengan namanya, Rancah zaman dahulu merupakan daerah yang penuh dengan lumpur (rawa), walaupun tidak semua daerah Rancah berlumpur. Oleh karena itu daerah Rancah cocok untuk ditanami tanaman padi. Disamping daerah rawa, Rancah juga ternyata diapit oleh pegunungan-pegunungan yang sangat luas. Potensi hasil hutan Rancah mungkin dahulu sangat besar.

Tetapi lain dulu lain sekarang. Kini Rancah merupakan daerah yang mulai beralih kepada daerah perniagaan. Daerahnya yang sangat strategis membuat semua orang meliriknya untuk menjadikan Rancah sebagai tempat usaha. Pegunungan yang dahulunya penuh dengan pepohonan, kini sudah mulai berubah menjadi tempat pemukiman masyarakat yang dari tahun ke tahun terus meningkat.

Kalau melihat sejarah ada kemungkinan masyarakat Rancah dulunya adalah penganut Animisme dan dinamisme serta ajaran Hindu Budha. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tempat-tempat yang diberi nama Pamujaan dan Candi Hiang.

Disamping sejarah kelam, Rancah juga ternyata memiliki sejarah yang manis, yaitu dengan ikut andilnya warga Rancah dalam uasaha mengusir penjajah.

Adalah K.H. Muhammad Rofii (alm.) yang pernah ikut bergabung mengusir penjajah dan pernah pula menghancurkan gerombolan DII TII. Beliau adalah salah seorang yang betul-betul mengalami perjuangan fisik mengusir penjajah dan juga berjuang menyebarkan Islam dan membersihkan Islam dari ajaran-ajaran yang masih campur aduk saat itu.


Rancah adalah nama bagi suatu tempat yang berada di daerah dataran rendah yang terletak di sebelah timur Ciamis Jawa Barat. Rancah, sekarang merupakan nama bagi suatu desa dan juga nama bagi suatu kecamatan di Kabupaten Ciamis.

Daerahnya yang sangat strategis yang merupakan jalur yang menghubungkan kota Banjar, Ciamis, dengan daerah Subang, Kuningan, yang selalu ramai dan menjadi jalur utama bagi aktivitas perdagangan antar kedua daerah tersebut.

Desa Rancah kini mulai berbenah. Pasar yang merupakan pasar terbesar di daerah tersebut kini sudah menjadi pasar yang permanen dan layak dijadikan pasar percontohan. Terminal yang dahulunya hanya beberapa meter saja luasnya, kini sedang mulai dibangun untuk dijadikan terminal yang layak dan bisa digunakan menjadi terminal bis antar kota. Angkutan kota pun kini sudah mulai ada satu atau dua angkutan yang masih dalam tahap sosialisasi.

6 komentar:

sepa mengatakan...

hatur nuhun informasina kang

agung blog mengatakan...

Ini saya Agung Nugraha, anaknya Aga Karta Di Praja, cucunya Aki Adip (Orang Candihiang Asli). Tolong di klarifikasi lebih lanjut, kenapa di Artikel tersebut, seakan-akan orang Candihiang itu buruk sekali, tempat yang sangat kelam.
Pertanyaan saya: Bagaimana jika Anda hidup di Candihiang pada zaman tersebut, dan apakah Anda akan mengikti budaya pada waktu itu?
Bukankah faktor lingkungan itu sangat mempengaruhi, Sebelumnya Hatur Nuhun atas Artikelnya. Jadi teringat Kampung saya di Candihiang.
Lanjutkan Kang tulisannya!!!
Ciamis (Jauh ti dulur, jauh ti lembur, candu kudu mundur).

Kodok Sensei mengatakan...

kang agung orang candihiang,,, candihiangnya sebelah mana?

Unknown mengatakan...

Pami candihiang palih mana? Abdi tipalih kawunglarang,calingcing. popojokna. Kirang apal. Kuper ning. Haturnuhun. Kanggo urang cisema

Unknown mengatakan...

Rancah jalur alternatif sy klo mau ke banjar dan sebalikny.. Sy dri cikarang bekasi. Rancah sekilas tmpt ny nyaman juga..

Unknown mengatakan...

ada info silsilah keluarga sukartapraja,,,boleh dong kontak sy di 0
81317083126